Seminggu belakangan ini, rakyat Indonesia {tentunya termasuk saya} geram dengan Malingsia karena klaimnya [lagi] terhadap produk kebudayaan milik Indonesia. Rasa geram ini berdasarkan penyangan iklan wisata Malingsia yang disebarkan melalui Discovery Channel, dan itu meluas seantero dunia. Malingsia berkilah kalau iklan tersebut bukan atas nama pemerintahnya, tapi hasil kreasi pihak swasta.
Seminggu ini pula, saya hunting berita di Internet dan televisi, semisal di Detik.com, Metro Tv, Tv One, Kompas, dan Indopos–sekedar bentuk kecintaan dan kepedulian terhadap Indonesia plus kebencian kepada Malingsia–dan hasilnya sebagai berikut:
1. Berbagai klaim Malingsia, disebabkan oleh konsekuensi slogan berani yang telah dikibarkan sebagai Ikon pariwisatanya: Malaysia, Trully Asia. Trully Asia bermakna bahwa segala sesuatu yang ada di Asia, maka dapat dinikmati ketika wisatawan datang ke Malingsia. Dengan demikian, mereka harus mengkondisikan sebuah politik marketing yang mengarah ke sana. Ini tidak akan terjadi, bilamana Indonesia yang seringkali menjadi korban, memiliki pertahanan yang kokoh, dalam hal ini ialah pengakuan UNESCO terhadap produk budayanya. Ketidakpedulian Indonesia terhadap hak cipta, hak paten, kemudian dianggap sebagai sebuah kesempatan emas “peluang pasar yang menjajanjikan” bagi Malingsia untuk mempromosikannnya dan itu jelas-jelas untuk kepentingan mereka [baca: kepentingan komersil, karena ini adalah pariwisata].
“being TRULY ASIA, doesn’t mean you can STEAL everything in ASIA and claim it as Yours..”
2. Malingsia termasuk wilayah berkebudayaan Melayu, mayoritas merasa homogen sebagai “bangsa” Melayu. Namun, kenyataan di sana, terlalu banyak imigran, dan kebudayaan Melayu mengalami desakan disana-sini. Malingsia mengalami sebuah krisis indentitas, mereka belum memiliki formulasi tepat karena konsep Melayu telah menyakiti bangsa lainnya, berbeda dengan Indonesia. Berbeda-beda suku, tapi tetap bangga menyatakan bahwa kami adalah orang Indonesia. Malingsia bukan negara melayu karena banyak perbedaan, namun adakah formula lainnya?. Selanjutnya, dengan keadaan ini, mereka sering mencontoh, dan tidak kreatif. Lihatlah bendera negaranya, lambangnya, bahkan perangko saja juga maling dari cerita rakyat Indonesia {see Pict. Above}.
Malingsia (si Plagiat segala Bidang)
Malingsia (si Bangsa Krisis Identitas)
3. Klaim berbagai milik orang lain, apapun alasannya, jelas bukanlah perilaku terpuji, bukan mulia, tidak beretika, dan uncivilize. Kata yang sulit ditemukan untuk sebuh deskripsi kondisi demikian, kecuali maling. Ya, Malaysia adalah negara atau bangsa maling, dan tak ayal rakyat Indonesia yang memiliki nasionalisme tinggi menamakan Malaysia dengan sebutan Malingsia. Dengan pengalaman yang terus berulang, dan menunjukkan sifat hubungan bertetangga tingkat negara yang tidak sehat, maka tak pantaslah Malingsia berkata kepada Indonesia, bahwa kita adalah bangsa serumpun.
Malingsia, kita {Indonesia} tidak lagi serumpun!!!
4. Sebagai pengayaan terhadap apa yang telah diambil oleh pihak lain, khususnya Malingsia, berikut adalah daftarnya
( Source : suciptoardi.wordpress.com)
Data Klaim Negara Lain
Atas Budaya Indonesia
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diyakini dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi Malingsia:
- Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
- Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
- Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
- Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
- Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
- Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
- Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
- Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
- Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
- Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
- Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
- Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
- Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
- Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
- Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
- Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
- Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
- Kain Ulos oleh Malaysia
- Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
- Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
- Wayang Kulit oleh Malingsiya
- Keris oleh Malingsiya
- Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia, Malaysia gilaaa……., Pemerintah tindak dong…!!!! jangan jadi penonton….!!! Kalo ga digampar mana kapok? Lama2 pulau jawa, gunung lawu, garuda pancasila bakalan diklaim juga!!!
————–
Sumber Daftar: BudayaIndonesia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar